Cari Blog Ini

Telah menyelesaikan dua kali dinas bersama DEPDIKNAS dalam ranka (1) Language Technology Consultant and (2) School Development Consultant, yang jelas ada banyak pendidik dan kepala sekolah yang sangat peduli dan ingin meningkatkan kemampuannya dan profesionalisme. Juga banyak yang sudah melaksanakan sesuatu di sekolahnya yang boleh disebut hebat (sangat menguntungkan pelajarnya). Tetapi, masalahnya yang sangat merugikan negaranya yaitu pendidik-pendidik tidak memiliki sistem berkomunikasi yang efektif. Jadi pengalaman-pengalaman dan kemajuan di sekolah tertentu tidak disiaran dan tidak menguntungkan sekolah lain. Jadi saya merasa yang paling penting dulu yaitu membuat jaringan komunikasi - memberi kesempatan!

Homepage Sekolah Menengah merupakan homepage yang pertama yang diciptakan secara perorangan di tahun 1998. Pada akhir tahun 1998, setelah mencari lagi secara luas pada Internet segala sumber daya yang berhubungan dengan pendidikan di Indonesia, maka mulai jelaslah bahwa terdapat sedikit sekali informasi maupun materi yang bermanfaat bagi pendidik atau sekolah-sekolah di Indonesia. Amat banyak ditulis mengenai manfaat dan hebatnya Internet bagi pendidikan di Indonesia (Hype). Akan tetapi informasi yang sungguh bermanfaat bagi sekolah boleh dikata tidak ada di Internet. Dan yang lebih penting lagi, hampir tidak ada sama sekali kesempatan bagi para pendidik dan yang berminat terhadap pendidikan secara umum untuk berpartisipasi dan menyumbangkan tenaga bagi pengembangan pendidikan (via internet).

Di tanah air Indonesia, yang terdiri dari 17,000 pulau lebih, jalur komunikasi efektif dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan masih sulit. Pendidikan.Net telah terdaftar pada tahun 1999 karena dianggap sangat penting untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat secara umum untuk berpartisipasi melalui internet dalam pengembangan pendidikan secara adil dan merata. Pencipta Pendidikan.Net yang telah menyaksikan pengembangan yang cukup pesat di berbagai sekolah melalui proses self-empowerment (pemberdayaan diri), percaya bahwa mutu pendidikan di Indonesia dapat ditingkatkan dengan cepat dan secara signifikan bilamana sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang sudah terdapat di Indonesia dimanfaatkan penuh. Melalui di-desentralisasinya pendidikan dan program pelaksanaan School-Based Management atau SBM (yaitu, manajemen berbasis sekolah [MBS]) maka kesempatan untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia akan bertambah besar. Akan tetapi, semua ini hanya bisa efektif jika suara masyarakat pendidikan secara luas didengarkan dan kemandirian masyarakat secara luas pula dapat dicapai.


Kebanyakan situs yang ditambah sejak tahun 2003 diarahkan ke isu-isu terkait strategi-strategi mencapaikan pendidikan yang bermutu, dan membahas kebijakan-kebijakan yang kayaknya hanya mengulangkan strategi-strategi yang sudah lama kita menyaksikan gagal oleh karena kurang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan nyata di lapangan (tidak berbasis-riset), maupun karena tingkat korupsi yang dapat menggagalkan kebijakan yang baik saja tidak diberantaskan.

Kami baru mendaftar domain ini (hari ini 15 Jan, 2012) dan kami sedang membangun direktori ini yang akan dilengkapi dengan informasi dan link-link ke semua situs kami, yang semoga akan memudahkan proses mencari informasi di Pendidikan Network (Mohon Sabar!).
Salam Pendidikan

Karya :Kurnia Sandi
Persoalan Pendidikan Gratis Membuncah

Dualisme pandangan di atas memang benar membuncah di masyarakat, baik di kalangan guru sekaligus legislatif dan eksekutif. Para anggota legislatif memperjuangkan dengan keras bahwa pendidikan dasar harus gratis. Pernyataan tersebut sebagai bukti bahwa anggota legislatif berpihak kepada rakyat, masyarakat dan bangsa. Sedang dari sudut pandang eksekutif pendidikan gratis ada batas-batasnya. Sebagai bukti di suatu kesempatan gubernur Jawa Tengah pernah menyatakan bahwa pendidikan gratis sangat memberatkan atau pemerintah belum sanggup menanggung biaya pendidikan gratis tersebut, (Kompas.com-Pedidikan Gratis, 6 April 2009 dan http://www.radarsemarang.com, 5 Mei 2009).

Dari sudut pandang pelaku pendidikan yaitu para karyawan, guru dan kepala sekolah juga menyambut dengan antusias pendidikan gratis tersebut. Sebab merekalah yang tahu persis persoalan di lapangan berkait dengan kebutuhan masyarakat dan sekaligus kebutuhan institusi sekolah. Contoh kasus setiap akhir tahun dan sekaligus awal tahun pelajaran, sekolah hendak bermaksud meningkatkan sarana dan prasarana disetiap tahunnya. Maka, antara sekolah bersama komite merumuskan dana iuran untuk mewujudkannya, dengan tujuan utama meningkatkan kualitas lulusan (out put).

Namun persoalan membuncah, ketika masyarakat berharap tidak ada tarikan dana dengan dalih apapun untuk kepentingan sekolah sesuai iklan sekolah gratis yang didengungkan berbagai televisi tersebut. Disinilah persoalan antara kebutuhan sekolah dengan kebutuhan masyarakat menjadi membuncah. Dengan realitas tersebut, simpulannya adalah para pelaku pendidikan menjadi korbannya. Maka, para pelaku pendidikan sangat berharap kepada legislatif dengan eksekutif untuk mampu mewujudkan pendidikan dasar gratis tanpa mengorbankan pihak-pihak tertentu terutama institusi sekolah. Namun, sekali lagi kebutuhan sarana prasarana sekolah di setiap tahunnya harus terpenuhi. Maka, seklali lagi para anggota legislatif tidak hanya “berkoar-koar” pendidikan dasar gratis saja, tetapi harus dibarengi dengan tindakan nyata mencarikan dana pembangunan phisik & non phisik sekolah di setiap tahunnya.

Jika para anggota legislatif belum percaya, silahkan cek di lapangan untuk mengetahui secara pasti kebutuhan sekolah di setiap tahunnya, jangan hanya sehari dua hari, melainkan pantaulah fakta sebenarnya dari tahun ke tahun. Benarkah dana pendidikan disalahgunakan? Jika benar dan terbukti, tangkaplah mereka untuk ditempatkan di hotel prodeo, siapapun pelakunya harus ditangkap tanpa pandang bulu.

Jika benar institusi sekolah membutuhkan dana pembangunan mulai dari paving halaman, pagar lingkungan, gedung pertemuan dan isinya, gedung laborat dan isinya, perpustakaan dan isinya, ruang kesenian dan isinya, ruang komputer dan isinya, dana internet di setiap bulannya, dan lain-lain. Darimanakah dana tersebut? Apabila secara bertahab tidak dipenuhi dari kesepakatan legislatif dengan eksekutif jangan harap mutu pendidikan membaik!
Kapankah ketakutan tersebut segera teratasi. Wallahu a’lam.


Karya :Rifatul C
GEMA pendidikan dasar gratis secara nasional telah berlangsung selama 7 bulan, terhitung dari bulan Januari 2009 sampai dengan Juli 2009. Masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah dengan sukacita menyambut program tersebut. Mengutif iklan di beberapa televisi tentang pendidikan gratis: “Walau bapaknya sopir angkot anaknya bisa jadi pilot…meskipun bapaknya tukang loper koran anaknya bisa jadi wartawan! Asalkan ada kemauan,” mengutif artikel Najamuddin Muhammad (Suara Merdeka, 3 Agustus 2009).

Iklan tersebut oleh sekelompok orang iseng diplesetkan menjadi: “Walau bapaknya sopir angkot anaknya tetap jadi asap knalpot… meskipun bapaknya tukang loper koran anaknya tetap jadi pengangguran.” Bahkan ada plesetan yang lebih mengerikan: “Walau bapaknya sopir angkot anaknya bisa jadi bandot… meskipun bapaknya tukang loper koran anaknya justru jadi gelandangan.” Itulah plesetan yang dilontarkan oleh orang-orang yang prustrasi karena tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang ia idam-idamkan.

Maka, jangan heran kelompok teror bom yaitu pengikut Noordin M. Top (gembong teror nomor wahid di tingkat Asia) tetap tumbuh subur di negeri ini. Mau bukti, coba kita cermati contoh kasus Ibrohim hanya sebagai perangkai bunga yang gajinya tidak sesuai yang diidam-idamkan, terbukti mau menjual motornya untuk biaya sekolah anaknya pada tahun pelajaran 2009/2010. Eko Joko Sarjono dan Air Setyawan hanya sebagai pekerja serabutan. Dani Dwi Permana menjadi prustrasi karena orangtua broken home dan lain-lain.

Untuk mengakhiri berkembangnya atau membungkam teror bom tidak hanya cukup pelakunya ditangkap dan dibunuh. Melainkan harus dibarengi tindakan nyata, diantaranya adalah pemerintah harus bersegera mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya, dengan diiringi mensukseskan program pendidikan dasar gratis, sekaligus pemerintah mampu menyediakan dana untuk kebutuhan pembangunan phisik dan non phisik memadai. Dalam arti pemerintah menyediakan fasilitas selalu meningkat sesuai skala prioritas masing-masing sekolah di setiap tahunnya tanpa berhenti. Dengan asumsi, sekelompok orang prustrasi karena menganggur berkurang. Bias secara otomatis mereka akan sulit menerima pengaruh teror bom, karena mudah mendapat lapangan kerja yang sepadan dengan bakat dan kemampuannya.

Mencermati contoh kasus di atas dan artikel Najamuddin Muhammad mengilustrasikan masyarakat berekonomi menengah ke bawah kurang mempercayai terhadap isi iklan tersebut atau terjadi persepsi yang menimbulkan asumsi kontraproduktif. Argumen saudara Najamuddin Muhammad ada benarnya tetapi tidak semuanya benar.

Pada kesempatan ini, penulis mencoba memaparkan fakta lain dengan tujuan dapat dicermati secara seksama, untuk dijadikan bahan banding oleh masyarakat luas umumnya dan para stakholder khususnya selaku pengambil kebijakan. Implikasinya pemerintah mampu mencerahkan masyarakat, bangsa dan negara, dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Budaya masyarakat kita sangatlah antusias jika dihadapkan pada kata-kata “gratis.” Berkait dengan iklan pendidikan gratis, masyarakat berasumsi bahwa pemerintah belum mampu menjabarkan persoalan mana yang digratiskan. Contoh kasus tertentu, sebagian masyarakat berasumsi bahwa pendidikan gratis sampai merambah ke pendidikan menengah atas. Padahal kalau kita mau cermat, yang dimaksud iklan pendidikan gratis adalah sebatas pada pendidikan dasar 9 tahun. Dana bantuan dari pemerintah berupa BOS (Bantuan Operasional Sekolah) masih jauh dari ideal atau minim.
Namun faktanya masyarakat di lapangan ada kecenderungan bahwa pendidikan gratis sampai dengan sekolah menengah atas. Itulah persoalan pemerintah, yang kurang terperinci dalam mengiklankan pendidikan dasar gratis tersebut.

Karya :Risky Rohmansyah
Evaluasi pembelajaran memilki berbagai tujuan diantaranya adalah untuk :
1. Menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa. Berfungsi sebagai :
a. Laporan kepada orang tua / wali siswa.
b. Penentuan kenaikan kelas
c. Penentuan kelulusan siswa.

2. Penempatan siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki.
3. Mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang berguna baik bagi penempatan maupun penentuan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa, yakni berfungsi sebagai masukan bagi tugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP).
4. Sebagai umpan balik bagi guru, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remdial bagi siswa.

Evaluasi mempunyai fungsi : Kurikuler (alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran), instruksional (alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar mengajar), diagnostik (mengetahui kelemahan siswa, penyembuhan atau penyelesaian berbagai kesulitan belajar siswa)., placement (penempatan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya, serta kemampuannya) dan administratif BP (pendataan berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhanya).

Karya :Ali Mas'ud
“Banyak orang tahu apa yang baik, berbicara mengenai kebaikan namun melakukan yang sebaliknya”

Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian ada 4 macam. Ada banyak teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :

1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.

2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.

3. Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.

4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia.

Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.

Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi. Mudah ya, penjelasan ini.

Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).

Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.

Banyak saya perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda.

Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.

Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki KONTROL PENUH atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi Anda.


Karya :Ummu Aliyatul
JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69.

Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/201) waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.

EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.

Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemonitoran reguler pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000.

Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu dunia.

Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti halnya Indonesia. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).

Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD).

Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.

Karya :Rijal Mustofa
Sejarah Pendidikan Network...

Telah menyelesaikan dua kali dinas bersama DEPDIKNAS dalam ranka (1) Language Technology Consultant and (2) School Development Consultant, yang jelas ada banyak pendidik dan kepala sekolah yang sangat peduli dan ingin meningkatkan kemampuannya dan profesionalisme. Juga banyak yang sudah melaksanakan sesuatu di sekolahnya yang boleh disebut hebat (sangat menguntungkan pelajarnya). Tetapi, masalahnya yang sangat merugikan negaranya yaitu pendidik-pendidik tidak memiliki sistem berkomunikasi yang efektif. Jadi pengalaman-pengalaman dan kemajuan di sekolah tertentu tidak disiaran dan tidak menguntungkan sekolah lain. Jadi saya merasa yang paling penting dulu yaitu membuat jaringan komunikasi - memberi kesempatan!

Homepage Sekolah Menengah (http://smun.net) merupakan homepage yang pertama yang diciptakan secara perorangan di tahun 1998. Pada akhir tahun 1998, setelah mencari lagi secara luas pada Internet segala sumber daya yang berhubungan dengan pendidikan di Indonesia, maka mulai jelaslah bahwa terdapat sedikit sekali informasi maupun materi yang bermanfaat bagi pendidik atau sekolah-sekolah di Indonesia. Amat banyak ditulis mengenai manfaat dan hebatnya Internet bagi pendidikan di Indonesia (Hype). Akan tetapi informasi yang sungguh bermanfaat bagi sekolah boleh dikata tidak ada di Internet. Dan yang lebih penting lagi, hampir tidak ada sama sekali kesempatan bagi para pendidik dan yang berminat terhadap pendidikan secara umum untuk berpartisipasi dan menyumbangkan tenaga bagi pengembangan pendidikan (via internet).

Di tanah air Indonesia, yang terdiri dari 17,000 pulau lebih, jalur komunikasi efektif dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan masih sulit. Pendidikan.Net telah terdaftar pada tahun 1999 karena dianggap sangat penting untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat secara umum untuk berpartisipasi melalui internet dalam pengembangan pendidikan secara adil dan merata. Pencipta Pendidikan.Net yang telah menyaksikan pengembangan yang cukup pesat di berbagai sekolah melalui proses self-empowerment (pemberdayaan diri), percaya bahwa mutu pendidikan di Indonesia dapat ditingkatkan dengan cepat dan secara signifikan bilamana sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang sudah terdapat di Indonesia dimanfaatkan penuh. Melalui di-desentralisasinya pendidikan dan program pelaksanaan School-Based Management atau SBM (yaitu, manajemen berbasis sekolah [MBS]) maka kesempatan untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia akan bertambah besar. Akan tetapi, semua ini hanya bisa efektif jika suara masyarakat pendidikan secara luas didengarkan dan kemandirian masyarakat secara luas pula dapat dicapai.


Kebanyakan situs yang ditambah sejak tahun 2003 diarahkan ke isu-isu terkait strategi-strategi mencapaikan pendidikan yang bermutu, dan membahas kebijakan-kebijakan yang kayaknya hanya mengulangkan strategi-strategi yang sudah lama kita menyaksikan gagal oleh karena kurang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan nyata di lapangan (tidak berbasis-riset), maupun karena tingkat korupsi yang dapat menggagalkan kebijakan yang baik saja tidak diberantaskan.

Kami baru mendaftar domain ini (hari ini 15 Jan, 2012) dan kami sedang membangun direktori ini yang akan dilengkapi dengan informasi dan link-link ke semua situs kami, yang semoga akan memudahkan proses mencari informasi di Pendidikan Network (Mohon Sabar!).
Salam Pendidikan

Karya :Faisal Affifudin